Film itu ibaratnya seperti manusia. Tidak ada film yang benar-benar sempurna. Bahkan untuk film bergelar sebagai yang “terbaik,” selalu ada kekurangan di dalamnya. Namun tentu saja, kekurangan tersebut memiliki batasannya dan masih bisa dimaklumi.
Saya menonton “3 Idiots” entah sudah empat atau lima kali. Keputusan akhir saya adalah memasukkannya ke dalam daftar “Film Super.” Hal ini juga berlaku untuk film-film lainnya yang berlevel sama dan telah saya tonton sebelumnya. Ini tinggal masalah waktu saja sampai saya menyelesaikan watching list.
“Film Super” bukanlah titel untuk film yang sempurna. Ini hanya sekumpulan film yang saya anggap sangat bagus. Atau mungkin luar biasa. Kembali lagi ini masalah selera personal. Tentunya Anda sendiri pun bisa memiliki daftar “Film Super.” Jikalau Anda membuat daftar serupa dan memasukkan franchise “Transformers” ke dalamnya, itu pun tidaklah masalah.
“Film Super” juga menjadi cara saya untuk memberikan rekomendasi. Teman saya sering menanyakan soal film apa yang bagus dan layak tonton. Tidaklah mudah menyebutkannya satu persatu. Maka cara terpraktis yang bisa saya berikan adalah memberikan daftar “Film Terbaik Tahun...” atau “Film Super.”
Penonton awam banyak yang memandang “3 Idiots” sebagai flawless. Namun bagi saya pribadi, “3 Idiots” bukanlah tanpa cela sedikit pun. Hal itu tidak menampik fakta bahwa “3 Idiots” memang film yang sangat bagus. Sebagai contoh, saya membuat survey kecil tentang film India yang paling bagus. Jawaban mayoritas adalah film arahan Rajkumar Hirani ini. Sisanya adalah feel-good movie lain sejenisnya. Usut punya usut, hingga kini komedi memang masih banyak mengambil hati.
Berangkat dari alasan itulah mengapa “3 Idiots” patut saya tambahkan ke dalam daftar spesial ini. Film ini lucunya memang sudah tidak ketulungan lagi. Apakah hanya itu yang didapat setelah menontonnya? Saya yakin tidak. Kebanyakan yang sudah menontonnya, mengambil adanya pesan moral yang dikandungnya sebagai sisi yang menarik. Ini tidaklah salah.
“3 Idiots” ditulis secara bebarengan oleh Abhijat Joshi, Hirani, dan juga Vidhu Vinod Chopra. Seperti judulnya, film ini menengahkan tiga tokoh sentral di dalamnya. Rancho (Aamir Khan), Farhan (R. Madhavan) dan Raju (Sharman Joshi). Mereka bertiga kuliah di kampus teknik ternama di India. Selama di sana, mereka menghadapi beban dan tekanan dalam sistem pendidikan.
Antagonis di sini adalah Dr. Viru Sahasrabuddhe (Boman Irani). Dia dipanggil “Virus.” Ia dikenal sebagai sosok yang gemar berkompetisi, mendukung para mahasiswa didikannya menjadi jebolan yang terbaik. Namun Rancho, menemukan ada kesalahan dari apa yang diajarkannya. Sisi depresif ada dalam film, tapi dikombinasikan seimbang dengan komedi.
Plotnya sangat familiar seperti banyak film-film di luar sana. Saya percaya Anda sering menemui film-film serupa. Ini tentang impian, persahabatan, dan pencarian jati diri. Ini juga soal disfungsi sistem pendidikan. Oh tentu, bumbu romansa juga harus ada di sini. Tapi apa yang membuatnya fresh dibanding film serupa adalah bagaimana kita menertawai tema yang diangkat tersebut. Di sinilah peranan komedi sangat penting sebagai pemolesnya.
Menggunakan tema yang vital atau sensitif lalu menertawainya adalah cara menghadirkan komedi yang cerdas. Rajkumar Hirani terbukti berhasil di sini. Hal yang sama dapat kita temukan dalam “PK” (2014), walau temanya lebih sensitif dari “3 Idiots.”
Karakter Rancho yang dimainkan Aamir Khan adalah materi studi karakter yang sangat menarik. Ada banyak yang menyebutnya sebagai jenius berkedok lugu. Saya punya penilaian lain; Rancho bukanlah jenius. Ia memiliki kecerdasan rata-rata. Ia hanya praktis dan efisien. Sesuatu yang dimiliki semua orang, hanya kebanyakan tidak menggalinya. Ia mengikuti passion.
Saya teringat quote dari Albert Einstein yang menunjukkan kerendahan hatinya. “Aku tidaklah jenius, tapi aku memiliki gairah akan rasa ingin tahu.” Seperti inilah seharusnya. Dengan mengikuti kata hati, kita tahu jalan mana yang harus dilalui. Dan kita tahu siapa diri kita sebenarnya. Dunia tidak butuh manusia ber-IQ tinggi, melainkan manusia yang berguna.