Saya sebenarnya bukanlah orang lama yang mengenal aksi SpongeBob SquarePants dan teman-temannya. Hingga suatu ketika teman saya yang sering menontonnya tiap pagi, mau tidak mau membuat saya ikut pula menontonnya. Sejak saat itu, saya merasakan pesona yang tidak biasa dari kartun produksi Nickelodeon ini. Mulai dari aneka guyonannya yang khas serta penggambarannya yang sangat menarik pula.
Meski sudah mengenal SpongeBob dan hafal sebagian besar karakternya, tidak lantas pula membuat saya menjadi penggemar beratnya. Bukan pula saya membencinya. “SpongeBob Squarepants” adalah kartun yang menarik (lebih ke arah remaja – dewasa), tapi belum begitu mengikat saya lebih erat ke dalamnya. Kedua sepupu saya yang masih kecil rutin menyaksikannya di tv setiap pagi. Jika ada waktu senggang, saya juga ikutan menonton. Tertawa? Tentu saya tertawa lewat tingkah polah SpongeBob dan Patrick.
Komedi yang ditawarkan oleh Stephen Hillenburg selaku otak di balik kartun ini sangat menarik bagi saya. Alhasil saya sering dibuat tertawa. Sepupu saya juga sering tertawa ketika menontonnya. Pertanyaannya adalah apakah mereka tahu dengan apa guyonan yang dilontarkan? Saya kurang yakin soal itu. Mungkin komedi di bagian slaptick-nya bisa menghibur mereka yang masih kecil. Wajarlah karena yang kasat mata mudah dipahami. Tapi tidak untuk jenis komedi yang lebih ke arah kultural atau parodi di tempat asalnya sana.
Sejauh ini “SpongeBob SquarePants” telah memiliki dua movie; yang pertama justru baru saja saya tonton ini. Sedangkan untuk film kedua telah saya tonton beberapa bulan yang lalu dan dapat dibaca ulasannya di blog ini. Film pertamanya ini bertajuk “The SpongeBob SquarePants Movie” dan masih disutradarai oleh Stephen Hillenburg yang telah setia menemani serialnya hingga beberapa musim. Coba tanyakan ke saya, pastilah saya tidak bisa menjawab sudah ada berapa musim “SpongeBob SquarePants.”
Film pertamanya ini berpusat pada didirikannya cabang Krusty Krab oleh Mr. Krabs (Clancy Brown). SpongeBob (Tom Kenny) sebagai pegawai terbaiknya tiap tahun berharap banyak untuk dijadikan sebagai manager. Ternyata cerita berakhir lain; Mr. Krabs justru menginginkan agar Squidward (Rodger Bumpass) sebagai manager. Hati Spongebob hancur. Alasannya adalah Mr. Krabs menginginkan seseorang yang lebih dewasa untuk mengelolanya.
Di saat yang bersamaan, Plankton (Mr. Lawrence) berusaha mendapatkan resep rahasia Krabby Patty. Sebuah persaingan abadi antara Plankton dengan Mr. Krabs. Cara licik diberlakukan oleh Plankton. Ia mencuri mahkota dari King Neptune (Jeffrey Tambor)—raja lautan, dan menjualnya ke Shell City. Setelah itu, Plankton menyatakan bahwa Mr. Krabs adalah orang di balik menghilangnya mahkota. King Neptune lantas menghukum Mr. Krabs dengan cara membekukannya. Plankton berhasil mendapat resep—misi berhasil.
Perasaan iba dari SpongeBob membuatnya memikul beban untuk menyelamatkan Mr. Krabs. Bersama dengan Patrick (Bill Fagerbakke), mereka menuju ke Shell City untuk mendapatkan kembali mahkota milik King Neptune. Selama petualangan itu pula, SpongeBob menemukan jati dirinya yang sesungguhnya. Yeah, berhasilkah?
“The SpongeBob SquarePants Movie” masih mengusung banyak hal yang sama dengan serial tv. Lelucon hiperbolis juga masih tetap dipertahankan. Bagian yang menarik dari versi movie ini adalah pembagian porsi untuk live-action; termasuk di dalamnya ada cameo dari aktor serial tv terkenal. Film keduanya sendiri tidaklah jauh berbeda, hanya saja lebih stylish dengan memanfaatkan animasi 3D.
Saya rasa hanya itu saja. Lawakannya masih repetitif dan tidaklah baru. Filmnya memang penuh dengan kesenangan lewat komedi dari karakternya yang bodoh. Walau bodoh, “The SpongBob SquarePants Movie” adalah film yang sangat menghibur. Sebuah hiburan yang paling cocok di saat senggang tanpa perlu banyak usaha untuk menjadi pintar; khususnya bagi penontonnya.