Secara rinci saya tidak sebegitu mengikuti petualangan penuh fantasi dari Peter Pan. Yang saya tahu, dalam kisah Peter Pan ia bisa terbang dan melawan bajak laut jahat bernama Captain Hook. Dalam perlawanannya tersebut, Peter Pan dibantu pula oleh peri kecil bernama Tinker Bell. Mereka sama-sama tinggal dalam sebuah tempat bernama Neverland.
Peter Pan adalah karya fiksi dari penulis Skotlandia bernama J. M. Barrie. Tokoh ini pernah dimainkan oleh Johnny Depp dalam film berjudul “Finding Neverland” tahun 2004. Di film itu diceritakan mengenai inspirasi Barrie dalam menulis kisah Peter Pan dengan Neverland.
Untuk inkarnasi Peter Pan terbaru diberi judul “Pan” dan disutradarai oleh Joe Wright. Ia adalah sutradara yang dikenal dengan film-film dramanya seperti “Pride & Prejudice” (2005) dan “Atonement” (2007). “Pan” menggunakan alternate story layaknya dongeng-dongeng anak lainnya yang telah diangkat film, seperti “Snow White and The Huntsman” (2012) atau “Maleficent” (2014). Kali ini, musuh Peter Pan adalah bajak laut bernama Blackbeard. Sedangkan Captain Hook (di sini belum menjadi kapten) justru menjadi side-kick Peter Pan dalam melawan Blackbeard.
Film dimulai ketika Peter (Levi Miller) dan sahabatnya, Nibs (Lewis MacDougall) tinggal dalam sebuah panti asuhan yang dipimpin oleh suster yang jahat. Suster Barnabas (Kathy Burke) namanya. Tipikal karakter jahat dan menyebalkan seperti ini entah mengapa selalu digambarkan tua dan gendut. Takutnya ini mendiskreditkan seseorang dengan penampilan tertentu sebagai pribadi yang jahat. Atau saya yang terlalu berlebihan menanggapinya?
Kemudian Peter, Nibs, serta anak-anak lainnya diculik oleh kapal bajak laut yang terbang dari langit. Meski kemudian Nibs berhasil melompat, Peter akhirnya terbawa menuju dimensi lain yang disebut dengan Neverland. Semua yang ada di sini diawali dengan kata “never” di depannya. Seperti hutan “Neverwood” dan burung raksasa “Neverbird.” Pantas saja, karena semuanya memang “tidak pernah ada.”
Begitu sampai di Neverland, Peter dipaksa bekerja di tambang untuk mencari serbuk peri. Serbuk itu digunakan oleh Blackbeard demi kemudaan tubuhnya. Singkat cerita, Blackbeard (Hugh Jackman) menyadari bila Peter yang bisa terbang itu adalah anak yang ditakdirkan untuk bisa menghancurkan kekejamannya. Peter lantas melarikan diri dibantu pekerja tambang yang dikenalnya. Ia bernama Hook (Garrett Hedlund). Jangan bayangkan ia berpenampilan layaknya Captain Hook yang Anda kenal. Ia adalah “Indiana Jones.” Atau Han Solo yang memakai topi koboi tanpa pistol laser.
Pelariannya mengarahkannya ke sebuah suku pedalaman. Di sana ia bersahabat dengan Tiger Lily (Rooney Mara), anak dari sang kepala suku. Penampakan Tiger Lily cukup mengejutkan saya. Tidak ada masalah untuk riasan di wajah Rooney Mara. Tidak pula untuk bagian kostum dari kaki hingga leher. Masalah terletak pada ornamen di kepalanya yang berwarna-warni bak keset di depan pintu. Sungguh menggelikan. Untung saja Joe Wright tidak sebegitu sering menampilkan (mahkota?) konyol itu di kepala Tiger Lily. Setali tiga uang dengan Rooney Mara, Hugh Jackman juga memakai kostum yang sama buruknya. Mengerikan malahan.
Konflik memuncak saat pasukan Blackbeard berhasil mengepung suku pedalaman itu. Peter, Hook, serta Tiger Lily berhasil melarikan diri. Tujuan berikutnya selain mengalahkan Blackbeard adalah kembali lagi menyelamatkan ibu Peter yang bernama Mary (Amanda Seyfried). Peter percaya bahwa ibunya masih hidup dan ditawan oleh Blackbeard.
Tidak ada cerita yang spesial dari “Pan,” selain alternate story yang sekarang menjadi gimmickuntuk film-film yang diangkat dari dongeng. Tapi saya apresiasi bagaimana film ini bisa memaksimalkan setiap adegan aksi menjadi hiburan yang cukup seru. Bujet $150 juta juga berhasil dimanfaatkan Wright untuk meningkatkan visualnya dengan CGI yang lebih kalem dan tidak over the top. Penggunaan seting yang juga lumayan banyak diambil dalam studio boleh juga untuk sekedar meningkatkan nilai film ini. Selain itu tidak ada yang lebih. Ceritanya juga datar tanpa ada kedalaman.
Tahun ini, Rooney Mara masuk dalam nominasi Aktris Terburuk di Razzie Award untuk perannya sebagai Tiger Lily. Di saat yang bersamaan, ia juga masuk nominasi Oscar dalam “Carol.” Nasib sial serupa juga dialami oleh Eddie Redmayne. Saya tidak tahu mana bagian terburuk Rooney Mara di sini yang membuatnya dinominasikan di Razzie. Saya tidak yakin di bagian aktingnya. Tidak maksimal memang, tapi tidak terlalu buruk pula. Atau mungkin karena kostum keset yang dipakainya? Boleh jadi.