sinopsis dan review film - film terbaik

DHEEPAN [2015]

Terakhir saya menonton film tentang penyelundupan imigran gelap yakni “Frozen River” (2008) yang dibintangi oleh Melissa Leo. Di film Courtney Hunt itu, Melissa Leo berperan sebagai Ray; single motheryang kesulitan dalam keuangan. Demi mencari tambahan, ia rela melakukan tindak kriminal dengan menyelundupkan orang asing dari Amerika menuju Kanada melalui Sungai St. Lawrence yang membeku.

Sekuen awal “Dheepan” menarasikan hal yang serupa. Film ini mengeksplorasi tentang nasib para imigran di negeri orang demi hidup yang lebih layak. “Dheepan” arahan dari Jacques Auidiard ini mendapatkan penghargaan Palme d’Or di Festival Film Cannes tahun lalu. Apa yang membuat film ini menjadi spesial?

Dari bagian awal-awal, sudah terasakan winning formula yang dimiliki oleh “Dheepan.” Karakter sentralnya adalah korban dari keganasan perang saudara di Tamil, Srilanka. Membawa karakter anak kecil ke dalam cerita, dipastikan mampu memancing rasa iba penonton untuk menyukai film ini. 

Sivadhasan (Antonythasan Jesuthasan) adalah mantan anggota militer Tiger Tamil pada perang saudara Srilanka. Ia merasakan sudah tiada ‘rumah’ lagi di kampung halamannya. Pilihan satu-satunya adalah menyeberang ke Prancis. Agar tidak ditangkap sebagai tahanan politik, ia harus menyembunyikan identitasnya. Ia lantas menggunakan identitas orang yang telah mati. Namanya diganti menjadi Dheepan.

Shivadhasan—yang kini bernama Deephan, harus membangun ulang hidupnya dengan menggunakan identitas baru. Seorang wanita bernama Yalini (Kalieswari Srinivasan) dan gadis kecil yatim yang diajaknya, Illayaal (Claudine Vinasithamby); dijadikan kedok sebagai istri dan anaknya. Mereka bertiga benar-benar harus terbiasa untuk tinggal bersama sebagai sebuah keluarga meski tidak saling kenal. Lebih tepatnya tidak memiliki kedekatan lebih.

Deephan kemudian bekerja sebagai tukang bersih-bersih di sebuah apartemen. Tempatnya berblok-blok dan terlihat kumuh. Sebagian besarnya ditempati oleh pemuda-pemuda yang nampak bermasalah dari ‘luarnya.’ Sedangkan Yalini bekerja merawat seorang pria tua yang pikun. Illayaal masih terus melanjutkan pendidikannya sambil melatih kemampuan Bahasa Prancisnya sebagai modal komunikasi.
Banyak kendala yang mereka hadapi saat itu. Paling utama adalah masalah bahasa dan adaptasi dengan lingkungan. Pada awalnya semua berjalan dengan sangat baik. Mereka bertiga menjalankan kegiatan yang telah mereka rancang sebelumnya. Konflik-konflik kecil pun muncul dan semakin besar; baik dari luar mau pun dalam.  

Konflik dari dalamnya adalah bagaimana Deephan, Yalini, dan Illayaal menjalin sebuah hubungan tanpa ada ikatan apa pun sebelumnya. Perasaan canggung sudah pasti ada di antara mereka. Saya bisa merasakan dengan sangat problematika yang tengah dihadapi. Tidak bisa terbayangkan bagaimana membentuk sebuah hubungan palsu dengan berlandaskan nama “keluarga.” Padahal sejatinya sebuah keluarga adalah mereka yang berbagi dan saling mengasihi satu sama lain.  

Percekcokan kerap mereka alami ketika di dalam rumah. Kesalahpahaman adalah salah satu sebabnya. Yalini pun tidak segan-segan memukul Illayaal dan mengancam akan pergi ke Inggris dan menelantarkannya. Butuh perjuangan ekstra agar mereka saling meyakini. “Mereka harus bertingkah seperti sebuah keluarga,” pikir saya. Namun lama kelamaan, hubungan mereka mulai mencair dan bisa berbaur dengan baik satu sama lain. Sebagai penonton, pikiran yang mengantar ke sini sudah pasti ada.

“Dheepan” adalah film tentang sekelompok orang yang ingin mencari rumah dan kehangatan keluarga. Masa lalu mereka telah direnggut oleh perang saudara yang terjadi selama bertahun-tahun. Bukan hanya di Srilanka saja saya kira. Akhir-akhir ini kita bisa saksikan bagaimana warga dari negara-negara konflik Timur Tengah berlomba-lomba mencari ‘rumah baru.’ Sungguh miris.

Third Act dari “Dheepan” terlihat lemah dibanding setup di awal. Trio penulis naskah : Audiard, Thomas Bidegain, dan Noé Debré seolah bingung merangkai alur yang bermuara di konklusi. Filmnya malah terasa dragging di akhir. Tapi itu tidak masalah, setidaknya “Dheepan” sudah menuturkan dengan baik imbas mengerikan dari sebuah negara konflik. Jesuthasan yang nyata pernah bergabung dengan Tiger Tamil waktu muda memberikan performa yang meyakinkan. “Dheepan” tidak lain adalah bagian dari kisah hidupnya.    
Share this article :
+
Previous
Next Post »